Minggu, 07 Agustus 2011

Kompetisi Asia, Target Empuk Bandar Judi

Gaji rendah, hidup tidak nyaman, punya utang menumpuk, serta karir yang tidak jelas, menjadikan pemain sepakbola Asia sebagai sasaran empuk bandar judi.
Kondisi tersebut serta alasan lainnya menjadikan pemain sepakbola Asia sebagai sasaran yang sangat nyaman bagi para bandar judi yang diyakini sekarang bergentayangan di kompetisi domestik, mulai dari Singapura sampai Korea Selatan.
"Kita tidak berbicara tentang Liga Champions Asia atau Piala Dunia atau kompetisi sejenis," kata Scott Ferguson, konsultan industri taruhan yang berkedudukan di Inggris.
"Kita berbicara mengenai kompetisi domestik dimana para pemain digaji rendah. Bila ada seorang yang datang menawarkan setumpuk uang dolar, langsung disambar," kata Ferguson.
Menurut Ferguson, modus operandinya sangat gampang: dekati seorang pemain atau ofisial, juga sering melalui pelatih atau rekan, ajukan penawaran atau bahkan ancaman, lalu buat taruhan, selesai.
Pada satu kasus, orang yang bertaruh biasanya datang dengan membawa sekantong uang tunai di toko taruhan di Hongkong, dan banyak bertaruh untuk kompetisi di Korea Selatan. Sehingga tidak mengherankan jika hasil pertandingan sering bisa ditebak.
"Semakin sedikit kecurigaan yang ditimbulkan, seolah-olah semua pertandingan berlangsung normal, maka akan semakin banyak uang yang bisa dikeruk," katanya.
Salah satu pemain yang menjadi target bandar judi adalah Jeon Jong-kwan, pemain tengah berbakat yang pernah menjadi pusat perhatian karena tampil gemilang saat mengantar klub Jeonbuk Motor dari Korea Selatan meraih gelar juara Liga Champions AFC pada 2006.
Tapi belakangan karir pemain tersebut tidak berjalan mulus.
Setelah mendekam di penjara karena menghindari wajib militer, karir pemain berusia 29 tersebut semakin suram.
Pada 30 Mei lalu, pelayan hotel di distrik Apjujeong-dong, Seoul menemukan Jeong tewas tergantung di kamar hotelnya, menyusul maraknya skandal pengaturan skor yang mengguncang sepakbola Korea Selatan.
Jeong meninggalkan pesan di sepucuk surat yang berbunyi: "Saya malu pada diri sendiri karena terlibat dalam pengaturan skor." "Semua pemain yang diperiksa adalah teman saya. Semua kesalahan saya dan saya telah melibatkan mereka," demikian bunyi surat yang ditemukan di dekat mayat Jeong.
Kematian Jeong dan skandal pengaturan skor tersebut telah mencoreng sepakbola Korea Selatan, dan ironisnya justru terjadi di kompetisi bergengsi yang dianggap sebagai salah kompetisi kompetisi paling sukses dan paling kaya di Asia.
Polisi Korea Selatan saat ini juga sedang menyelidiki dugaan pengaturan skor dalam kasus bunuh diri kiper Incheon United Yoo Ki-won yang ditemukan tewas terpanggang di dalam mobilnya.
Di dalam mobil tersebut, ditemukan sebuah amplop berisi uang sebesar satu juta won (930 dolar AS). Minggu lalu, Liga Korea (J-League) menghukum seumur hidup sepuluh pemain karena terbukti bersalah terlibat dalam pengaturan skor. Hukuman tersebut adalah yang tertinggi dalam 28 tahun sejarah liga sepakbola profesional Korea Selatan.
Delapan dari sepuluh pemain tersebut, berasal dari klub yang sama, yaitu Daejeon Citizen. "Kami mengambil keputusan dengan harapan ini akan menjadi skandal pengaturan skor yang pertama dan terakhir di liga," kata Kwak Young-cheol, ketua komisi disiplin K-League.
Apa yang disampaikan Youg-cheol mungkin cuma sekedar angan-angan karena skandal suap pun tidak pandang bulu dan juga pernah menggoyang Liga Utama Inggris, salah satu kompetisi paling kaya di dunia.
Pada 1990-an, pernah terungkap ketika sebuah sindikat judi dari Malaysia terlibat pengaturan skor di Liga Utama Inggris.
Pada 2005, wasit asal Jerman, Robert Hoyzer, dijebloskan ke penjara karena mengatur skor pertandingan, termasuk pertandingan babak pertama Piala Jerman. Ketika itu, Hoyzer memberi kartu merah kepada seorang pemain penyerang dan mengganjar tim lawannya dengan dua hukuman penalti.
Pada 2006, klub Juventus, raksasa Italia, pernah diguncang skandal sehingga dua gelar juara Liga Italia Seri A dicopot setelah terbukti bersama klub lain berusaha mengatur skor dengan memilih wasit yang bisa diajak bekerjasama.
Tapi skandal pengaturan skor di kompetisi sepakbola Asia sudah berada dalam tahap yang lebih parah. Di China, Liga Super setempat harus kehilangan sponsor utama dan kontrak dengan televisi, setelah terungkapnya pengaturan skor.
Di Malaysia, dimana Konfederasi Sepakbola Asia (AFC) bermarkas, juga dilanda skandal korupsi besar-besaran dan diyakini bisa menghancurkan olahraga tersebut akibat jaringan yang berhubungan dengan perjudian di Eropa.
Bahkan Singapura, sebuah negara kecil yang juga punya kompetisi kecil, tidak luput dari masalah pengaturan skor dan seorang pria Singapura saat ini sedang menjalani pemeriksaan di pengadilan karena diduga mempunyai jaringan dengan perjudian di Finlandia.
Di Thailand, Hongkong dan Vietnam, skandal suap membuat penggemar sepak bola di negara tersebut sudah tidak punya gairah untuk memberi dukungan dan beralih ke liga Eropa, terutama Liga Inggris.
"Tidak ada liga di Asia yang bebas dari korupsi. Korupsi sudah menjalar kemana-mana," kata mantan Sekjen AFC Peter Velappan sambil menambahkan bahwa semua itu adalah kesalahan klub yang membayar murah pemain mereka atau terlambat membayar gaji.
"Pemain tersebut sudah menikah, punya keluarga, punya mobil mewah, siapa yang akan membayar itu semua?," kata Velappan.
Salah satu penyebab maraknya judi di sepakbola Asia adalah semakin banyaknya pilihan untuk berjudi, sebagian besar melalui online yang bisa diakses dengan mudah oleh siapa saja di seluruh dunia.
FIFA, organisasi sepak bola tertinggi di dunia, sudah menyampaikan tekad untuk memberantas mafia judi dan bahkan menjalin kerja sama dengan Interpol .
Tapi terkuaknya skandal suap yang dilakukan oleh para petinggi FIFA membuat tekad tersebut hanya sekedar janji kosong. "Korupsi di sepak bola sudah merambah ke segala lapisan," kata Velappan yang pernah berkarir selama 30 tahun di AFC.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Info Sepakbola Terlengkap Internasional dan Nasional Copyright © 2011 -- Template created by Pusamania -- Powered by Blogger